Thursday, June 18, 2020

Endometriosis Q&A.

Image source: popsugar.co.uk / Getty
Dulu gue sempat nge-draft blog post untuk QnA ini, tapi karena pertanyaannya belum banyak, jadi gue tunda publishnya. Berhubunng sekarang gue masih dalam fase kzl-kzl-gmz karena endometriosis gue tumbuh lagi setelah operasi 2x, gue lanjutin aja draftnya dan akan publish blog post ini.

Disclaimer: Untuk mengetahui serba-serbi endometriosis, sebaiknya langsung ke ObGyn atau belajar sendiri lewat artikel online atau jurnal ya. QnA ini adalah seputar pertanyaan yang sering diutarakan orang kepada gue ketika mereka tau gue punya kista yang spellingnya susah ini.

1. Sakit? Sakitnya kayak gimana sih?

Dulu, gue selalu jawab, "Kayak sakit mens, tapi selalu sakit walau lo ngga mens. Perut bawah lo sakit dan pinggang lo pegel terus-terusan." Bahasa singkatnya: encok to the max! Asli deh, emang kayak sakit karena ngga fit gitu. Temen gue ada yang ngga merasakan sakit dan ada yang cuma merasakan sakit pada saat-saat tertentu, misalnya pas dia lagi mau pup aja (karena ternyata endonya tumbuh di bowel).

Tapi gue semakin susah mendeskripsikan gimana sakitnya sejak gue merasakan stabbing pain ketika masa ovulasi (kalau ngga salah udah 2-3x kejadian kayak gini). Jadi gue sendiri udah experiencing beberapa rasa sakit yang berbeda. Yang ngga bisa dibohongin adalah perasaan kalau lo tau lo ngga baik-baik aja.

2. Sepertinya ngga menganggu banget ya? Karena lo masih bisa beraktivitas..
I would say dari sebulan, sakitnya itu seputar ovulasi, PMS, dan mens. Saat di tengah mens sampai menjelang ovulasi itu masa tentram. Jadi mungkin dalam sebulan ada 2 mingguan gue bebas sakit. Pernah juga pain free.. suka-suka lah. Bisa juga tergantung level aktivitas lo di siklus itu.

Endometriosis itu ngga mematikan, tapi menganggu. Seperti yang pernah gue bilang dalam suatu blog post, penyakit ini adalah penyakit yang menyerang kualitas hidup, bukan nyawa. Tapi jangan salah, ada juga yang sakitnya parah sampai ngga bisa beraktivitas. Setiap orang beda-beda pengalamannya, karena letak endometriosisnya juga bisa berbeda-beda.

3. Nanti bakal susah punya anak ngga?
Kasus infertilitas pada wanita bisa disebabkan karena "kondisi spesial" ini, tapi bukan berarti punya "kondisi spesial" pasti infertil. Buat gue, ini masih kumaha engke.

4. Obat-obatan apa yang bisa mencegah atau ngobatin endometriosis?
Kalau ada, udah gue beli dan rutin konsumsi. Masalahnya, ya ngga ada! :D
Gue pernah treatment Tapros setiap abis operasi, tapi ngga membuat endo-free cukup lama. Ya gue terima aja.

Kalau obat untuk mengurangi rasa sakitnya, ada. Sebenernya minum Panadol/Ibuprofen udah cukup membantu gue untuk kembali aktivitas lagi, tapi kalau bisa, gue tetep lebih milih meringkuk di kasur pakai kompres/botol hangat :D

5. Gimana rasanya punya kista atau sakit "hormonal"?
Mentally, gue lebih suka keliatan normal aja, walaupun ngga menutup-nutupi kondisi gue. Tapi ada kalanya gue punya emosi yang negatif juga sebagai manifestasi dari bentuk kekecewaan sama badan sendiri. Gue sering mikir bahwa gue diserang sama badan sendiri.. dan ini nyebelin banget karena usia gue memiliki fisik yang prima.

Nah physically, rasanya sering capek. Pokoknya cuma goler-goler di Sabtu-Minggu aja rasanya capek. Gue banyak baca di artikel katanya rasa capek itu karena badan kita terus-terusan fighting atas impact dari benda-benda asing ini, tapi ah masa sih secapek ini terus-terusan? (soalnya susah dibedain sama capeknya mood pemalas :P) Akhirnya gue pelajarin patternnya, bahwa kondisi fisik gue prima pada saat mens hari ke 4 sampai menjelang ovulasi. Selesai masa ovulasi biasanya ada beberapa hari gue prima lagi (atau normal-normal aja) sampai memasuki masa PMS. Pattern ini  gue pelajarin sejak 7 tahun lalu melalui apps yang mentrack period calendar gue.

6. Kok lo bisa tau ada kista? Emangnya lo ke dokter? Kan belum nikah?
Ya kalau ngga ke dokter gimana gue neropong isi perut gue, malih? Ke dokter sebelum nikah ngga ada salahnya kok. Bukan hal yang tabu. Ke dokter gih!

7. Dioperasinya gimana? (Ditanyakan oleh orang yang mengira operasinya serupa dengan c-section)
Ada teknik operasi yang lukanya minimal banget, yaitu laparoscopy. Kasus gue, dari size dan letaknya memungkinkan dilakukan secara laparoscopy, jadi gue ngga punya luka c-section. Silahkan googling aja teknik laparoscopy yak. Bekas operasinya cuma 3 titik sekecil kuku, salah satunya di pusar tempat masuk camera.

Tapi temen gue yang operasinya model c-section juga ada. Balik lagi ke lokasi kista, kondisi pasien, dan kompetensi dokternya untuk "melihat" sambil mengoperasikan alatnya.

8. Pernah atau akan dibahas ngga sih kondisi lo ini sama pacar / calon suami lo?
Pas ditanya gini sama temen gue, gue jawab, "Perlu dikasih tau, tapi gue akan membahasnya tanpa drama." Udah.

Lanjut! Gara-gara persoalan endometriosis ini, gue juga kenalan dengan beberapa Blogger yang punya kista endometriosis juga. Salah satunya adalah Mbak Noni yang baru-baru ini bikin podcast dengan topik "Hidup dengan Endometriosis" [LINK]. Buat yang males baca, bisa mampir ke podcastnya Mbak Noni buat mendalami pengalaman dan perasaan wanita-wanita Endowarrior.

Have a nice weekend!

0 comments: