Sunday, June 14, 2020

Week 24 of #52WeeksofMisswhadevr | Something Old, Something New.

Difoto di tempat berdebu karena males berbersih kamar.. :P
Awal minggu ini, gue punya feeling bahwa ini akan jadi minggu yang banyak cerita. Pertama, di minggu malam, gue tiba-tiba ngerasa ada stabbing pain di perut bagian bawah dan terus bergerak ke arah pusar. Pas lihat kalender mens, ternyata memang waktunya ovulasi. Lalu pas rasa sakitnya ngga  hilang sampai Senin siang, gue memutuskan booking appointment dengan ObGyn untuk hari Rabu.

Kedua, di minggu sebelumnya gue udah berencana untuk ke kantor pertama kalinya sejak pandemi COVID-19. Terakhir gue ke kantor itu tanggal 3 Maret sebelum gue ke Istanbul, berarti ini akan jadi pengalaman pertama ke kantor dalam 3 bulan.

Ceritanya dimulai dulu dari hasil checkup gue ke ObGyn ya, walaupun secara historis, kejadiannya adalah 1 hari setelah gue mengunjungi kantor.

Stabbing pain yang gue rasain di Minggu malam itu agak mirip dengan rasa sakit waktu kista bocor tahun 2018 lalu, tapi ngga begitu melintir. Karena kejadiannya pas gue mau tidur, jadi gue olesin oil lavender aja di perut bagian bawah. Tapi ngga lama kemudian malah makin parah, rasanya kayak mau pup tapi tajem. Akhirnya gue nongkrong tuh di kamar mandi. Ya ngga pup lah, orang bukan mau pup.


Rasa sakit itu ngga hilang sampai hari Senin, sehingga gue kerja sambil tiduran.. yang akhirnya bikin punggung gue malah pegel-pegel. Karena takut ada yang ngga beres (lagi), maka gue booking appointment dan dapet di hari Rabu. Seharusnya gue memang control di Maret, tapi karena keburu pandemi, gue tahan aja. Toh juga ngga ada masalah (at least hingga Maret itu). Masalah baru mulai pas Bulan April karena mens dan ovulasinya mulai sakit.

Nyeri pas ovulasi ini pengalaman yang baru gue rasain 2-3x. Rasanya seperti ditusuk jarum kecil aja, entah di area kiri atau kanan (katanya tergantung ovarium mana yang release egg-nya). Tapi di minggu lalu, gue ngga bisa identify sakitnya di mana sih, pokoknya sakit aja semua perut bawah dan makin lama makin menjalan ke pusar.

Ternyata emang bener, tumbuh lagi 2 kista di ovarium kiri sebesar 2.5 dan 3 cm. Dokternya sendiri juga heran karena gue baru 9 bulan selesai dari Tapros terakhir. Artinya, ovarium gue bebas dari kista cuma dalam waktu kurang dari 9 bulan. Padahal pengobatannya hampir setahun loh! :|

Gimana perasaan gue setelah ngalamin kista endometriosis untuk ketiga kalinya?

Pertama, ada perasaan lega karena sakit ovulasi dan sakit mens yang gue alami ternyata ada penyebabnya.

Kedua, kecewa banget. Gue sempet berharap kali ini gue bisa "cyst-free" jauh lebih lama, tapi ternyata justru numbuh lebih cepat. Kecewa juga karena semakin terbukti bahwa ngga ada solusi buat penyakit yang gue derita ini selain mencoba untuk.. hamil? Really, apakah itu solusi?

Waktu ke dokter di Hari Rabu itu, kondisinya perut dan panggul gue masih sakit. Shock juga kalau durasi stabbing pain gara-gara ovulasi bertahan lebih lama daripada dismenorea yang biasanya cuma 1-2 hari aja. Jadi pas di USG untuk dilihat kondisi dalam situ, 'mayan sakit juga ya.. kayak lagi memar trus diteken-teken.

Dokternya minta gue untuk memonitor rasa sakitnya. Kalau ngga sakit dan ngga mengganggu, maka controlnya bisa tunggu sampai 6 bulan lagi. Tapi kalau sakit, harus segera balik ke dokter untuk dipikirkan tindakannya. Considering kondisi sekarang yang lagi ngga kondusif akibat pandemi, seharusnya kista-kista ini bisa kalem dulu ya. Kalau perlu kalem selamanya.

Nah, sekarang catatan untuk kejadian di hari sebelumnya, yaitu pengalaman ngunjungin kantor pertama kalinya sejak pandemi ini.


Pertanyaannya: Ngapain ke kantor? Bukannya lebih baik #dirumahaja?

Sebelum adanya pengumuman PSBB transisi,  gue udah mikir kita harus bikin plan transisi back to normal. Artinya mesti dibuatin strategi bertahap untuk membuka working space di kantor (gue bilang "working space" karena dari dulu kami terbiasa remote working). Sebagai orang yang bikin transition phases, itu gue berkewajiban untuk monitor pelaksanaannya, yang bulan ini masih di tahap 1.

Soooo I went to my office. Physical distancing, was okay, jadi doable banget untuk jaga jarak di lingkungan kerja. Strict hygiene, juga was okay, karena Tim GA udah sediain berbagai macam sabun,  hand sanitiser, disinfectant, face shield, thermo-gun, etc, etc. Yang susah ternyata adalah self-control untuk tidak menyentuh muka.

Nyadar ngga, kalau kita lagi mikir keras atau nervous, sering banget menyentuh daerah muka? Atau gue aja ya yang kayak gitu haha.. Yang jelas selama 6 jam hari itu di kantor, berulang kali gue menyentuh muka karena secara ngga sadar. Yang paling fatal adalah kopek-kopek bibir setelah makan karena lipbalmnya mulai ngeletek. Pokoknya tau-tau udah kepegang aja!

Oh ya, baru juga pertama kali ke kantor, udah ada diskusi yang cukup berat yang bikin gue garuk-garuk kening.. pegang-pegang telinga.. ya sampai tau-tau udah pegang-pegang idung. Sudah deh untuk ngga pegang-pegang muka. Selama ini #dirumahaja jadinya bebas kalau sentuh-sentuh muka.

Respect banget sama orang yang dari dulu masih kerja di kantor dan bisa menerapkan protokol-protokol pencegahan penularan COVID-19 sambil menahan diri untuk ngga sentuh wajah! Akhirnya semakin gue sadarin kalau ini emang bukan persoalan the new normal ya, tapi masalah bagaimana kita menjadi adaptif secara sadar.

So that was my "new normal" ya, harus semakin berdamai dengan endometriosis dan being adaptive selama COVID-19 belum selesai ini. Regardless apa yang terjadi di minggu ini yang berupa something old and something new, I'm just hoping that I stay strong through the future!

0 comments: