Friday, December 14, 2018

Suntikan Tapros Season 2, #1.


Dua minggu setelah laparoscopy, gue mulai aktif kerja dan business trip ke luar kota lagi. Sekarang adalah business trip ketiga. Business trip-nya level manager memang cenderung lebih sebentar-sebentar karena biasanya kita hanya meeting, monitor project, dan ngga terlalu lama dampingin fieldwork.

Kemarin sebelum gue berangkat business trip gue izin dulu untuk suntik Tapros pertama. Gue lupa kalau suntik ini lumayan bikin pegal lengan, karena ditujesnya di intramuscular. Oh dan jarumnya.. lumayan gadang ya bok!

Pengalaman pertama suntik Tapros (alias Tapros Season 1) bisa dilihat di postingan ini. Sebenarnya ngga nyangka juga, sekitar 3 tahun berhenti Tapros, kista gue tumbuh lagi dan gue harus ngulang Tapros pasca laparoscopy. Jadi pertanyaannya, kalau Tapros ngga ampuh menghentikan endometriosis gue, apakah ngga ada pilihan lain selain Tapros?

Pertama, efek samping suntikan Tapros yang dulu ngga terlalu heboh di gue. Ngg.. heboh sih, tapi semua manageable. Dengan tingkah gue yang rada-rada happy go lucky ini, gue bisa overcome hot flushes, migraines, dan beberapa efek samping lainnya. Yaa paling cuma temen-temen deket aja yang kena resenya gue (toh biasanya gue juga rese kan). Yang penting, gue punya aktivitas supaya ngga terlalu memusatkan perhatian pada efek sampingnya.

Kedua, karena rasanya punya endometriosis seperti sakit mens setiap hari, gue jadi willing untuk menopause sejenak demi menghindari tummy cramp yang menganggu keseharian gue.

Ketiga, sebelum Tapros kali ini gue pelajarin lebih jauh tentang Tapros, Lupron, Zoladex, dan suntikan GnRH agonist lainnya. Gue teliti lagi efek sampingnya, keluhan-keluhan orang, dan lain-lain. Pada dasarnya memang sulit untuk menghentikan dan mengobati pertumbuhan endometriosis.. tapi intervensi hormon lewan suntikan gini (mungkin) adalah cara yang patut untuk ditempuh kalau kita pengen mampu beraktivitas normal.

Gue tiba pada kesimpulan bahwa endometriosis adalah penyakit yang menyerang quality of life. Karena ada endometriosis yang tumbuh, segala macam aktivitas harian kita jadi terganggu. Hari-hari kita jadi ngga berkualitas karena tubuh kita dysfunctional yang menyebabkan berbagai gangguan fisik dan mental. Jadi, positive vibes and mindset harusnya bisa menyembuhkan atau minimal meredakan efek dari endometriosis itu.

However.. gue bukan hanya butuh positive vibes. Di sisi lain gue merasa bahwa tubuh gue yang baru aja dioperasi berhak untuk "bersih" sejenak. Endometriosis kemarin letaknya di ovarium kiri dan saat ini sudah dibersihkan. Ibarat rumah yang baruuu aja disapu-pel, gue ingin ovarium gue bisa bersih lebih lama dengan mencegah tumbuhnya kotoran-kotoran lain. Untuk saat ini, Tapros mungkin solusi yang paling pas.

Dokter gue tidak memaksa, tapi juga ngga memberikan alternatif medication lain selain Tapros dan program hamil. Nah untuk program hamil itu susah ya, karena belum memungkinkan untuk digaremin di dalem ya kan? So, Tapros it is. Ikhtiar gue, bukan untuk menyembuhkan, tapi untuk memberikan kesempatan bagi alat reproduksi gue untuk bersih lebih lama.

Semuanya tentang mindset sih ya.. Mikirin penyakit endometriosis itu akan berat kalau kita selalu berpusat sama efek negatifnya. Persis kayak kalau kita punya persepsi angka 13 adalah angka sial. Kalau kita memilih untuk melihat sisi negatifnya, maka itulah yang akan kita dapatkan.


1 comments:

Yulia said...

Kak saya juga uda laparasckpy tp kambuh lagi dan yg skr nyeri haid berkepanjangan....kak maukah berbagi pengalaman dengan saya apa ada hal yg bisa meminimalkan sskit ini ..dan sampai kapan begini terus ya kaak