Saturday, April 7, 2018

Agree to Disagree: Make-up can be done at home, it’s not necessary to go to a makeup artist for it.


Ada satu pertanyaan besar yang menclok di kepala gue: Apakah hanya sedikit Makeup Artist (or should I say "Makeup Artist"?) di Indonesia yang berani memberikan clientnya dandanan yang anti mainstream? Atau, dandanan semua orang menjadi mirip karena memang clientnya yang request untuk didananin seperti itu?

I mean, semua Instagram Page-nya MUA yang gue lihat pada seragam banget seperti barang mass-production. So, dimanakah sisi art-nya? No offense ya.. gue awam dengan beauty industry, jadi itulah pertanyaan terbodoh gue. But... I wanna know aja, kenapa hasil dandanan MUA semuanya mirip. Apakah memang trendnya lagi seperti ini?
Gue belajar dandan tahun 2000 atau 2001. Saat itu gue umur 13 atau 14 dan lagi liburan sekolah. Karena liburan sekolah saat itu mencapai 1 bulan, orang tua gue mendaftarkan gue di program liburan remaja suatu sekolah kepribadian. Di sana gue diajarin cara berpakaian, public speaking, table manner, dan ada beauty classnya. Di program beauty class itu ada beberapa kali pertemuan di kelas makeup pribadi dan hairdo (gue inget nama Indonesianya adalah "andam rambut").

Zaman itu belum dikenalin sama primer silikon, "contour" namanya masih "shading", dan membaurkan foundation masih diajarkan menggunakan tangan seperti pakai moisturiser. Modelnya ya diri kita sendiri, karena tujuan kelasnya adalah untuk tampilan kita lebih polished. Gue inget, temen sekelas yang udah SMA cenderung lebih berani main dengan warna blush on dan bisa bikin cat eye. Setiap orang menamatkan kelas itu stylenya masing-masing.

Karena merasa terbiasa dan terlatih dandan, gue belum pernah sengaja pakai MUA. So far gue baru 2x pakai MUA, pertama saat sesi foto kantor, istri bos menawarkan diri; yang kedua, beberapa bulan lalu saat saudara nikah dan disediakan MUA untuk keluarga.

The last one was a disaster. Mata gue (tipe hooded eyes) malah makin hilang karena tumpukan false eyelashes dan black mascara atas-bawah, the base was supppper-cakeyyy, I hate the colour of my lipstick, trus gue udah bilang "I already did the brows, ngga usah dibentuk lagi" dan dia tetep kotret-kotret di atas alis gue, and what's worse? Sanggulannya ancur minah dengan sedikit sentuhan messy style. Gue jauh lebih satisfied dengan hasil makeup istri bos gue yang membuat gue terlihat remaja banget meski buat professional photoshoot.

Apa yang dilakukan oleh MUA di nikahan itu adalah meng-apply makeup dengan mengikuti step yang biasanya gue lihat di tutorial YouTube. Sepertinya hukum semua step itu fardhu 'ain. Sampai dengan hari itu, gue selalu penasaran gimana wajah gue kalau didandanin full makeup oleh MUA, until that day someone did it to me and I FEAR!

Dari hasil fotonya, hmm.. okay, gue lihat dandanan gue memang kekinian. But was just not me. Gue memiliki karakter wajah yang berbeda dengan kebanyakan perempuan yang tampil di Instagram Page-nya MUA, so that look definitely and absolutely wasn't for me.

I am no beauty expert, tapi menurut gue, MUA harus berani melakukan cara yang berbeda untuk menghasilkan look yang sesuai dengan karakter client tapi tetap memiliki signature. Gue merasa memiliki pekerjaan yang satu nafas dengan MUA. Pekerja gue sebagai konsultan pun ada sisi art-nya, tetapi untuk memberikan hasil yang bagus, gue harus memberikan sentuhan gue di dalamnya. Bukan kah go with the flow itu melelahkan? Bukankah makeupnya Putri Marino di hari pernikahannya itu bagus banget karena kesederhanaannya?

Lucu rasanya saat kita capable untuk dandan, kemudian membayar seseorang untuk menggantikan pekerjaan tersebut tapi jadinya malah membuat kita tidak percaya diri. Apakah ada yang punya pengalaman serupa juga? Atau masih labil karena pengen menggunakan MUA untuk occasion tertentu? Jika penasaran, menurut gue coba aja sih. Gue yakin banyak MUA yang bagus - mungkin aja pengalaman gue tersebut adalah 1 kegagalan dibanding 300.000 keberhasilan.

So let's agree to disagree. Untuk occasion tertentu, kita pasti bisa melakukan makeup sendiri, tidak perlu meminta bantuan MUA. :)


2 comments:

Andita Sugiatno said...

Kayaknya sih skill art nya MUA itu ada di keluwesan tanggan mereka blending warna eyeshadow, shading, blush, lipstick.. dan MUA yg bener itu adalah yg tau fitur mana dari si client yg hrs ditonjolkan, lalu juga bisa bikin muka si client 'manglingi' tanpa harus keliatan pake topeng.. nah kalo gw liat2 di instagram MUA sih mereka biasanya punya hasil makeup beda kok ketika ngerias model buat photoshoot (dimana mereka bisa eksperimen dgn cat eye misalnya) vs ngerias client buat nikahan. Rata-rata org kl prosesi nikahan kan maunya flawless look buat pengajian misalnya, terus resepsi pengen yg lebih medok.. tapi ya jatoh2nya flawless look nya MUA satu dan yg lainnya ya mirip2 wkwkwkwk..

Gw pernah sih beberapa kali pake produk makeup yg sama dengan punya nya si MUA, eh hasilnya kok beda. Kok kalo gw yg apply hasilnya gak sehalus dan se bagus hasil aplikasi MUA. Kenapa? Ya karena tangan mereka udh ngerias ratusan wajah sedangkan gw cuman ngerias satu muka ini doang hahahaah..

Yang gw sebel, MUA australia nih banyak banget yang hasilnya SUPER BIASA KAYAK KITA PAKE MAKEUP SEHARI HARI tapi pasang harga ratusan dolar. Ih apaan coba. Tapi MUA indo juga juta-jutaan sih ya yang bagus jaman sekarang..

Maya Junita said...

Opini bagus Dit! Sebelum gue baca comment lo, gue masih yakin kalau hasil mereka itu "seragam". Beberapa hari lalu, gue baca artikel, ada orang US komplen juga kenapa semua hairdresser di sana yang abis ombre/balayage lalu distyling beach wave hasilnya seragam semua huahaha... Jadi memang bener kata lo, art-nya ngga selalu ada di hasil tapi ada di process-nya.

Mungkin karena di aussie pekerjaan yang deliver service standarnya memang mahal kali ya? Gue ngga tau itung2an MUA sini sih, tapi pas gue ke SG, gue sempet lihat ada MUA indo lagi belanja di sana. Dia belanjain produk2 high end yang ngga ada di sini, trus ada temennya yang jadi kelinci percobaannya. Gue rasa bisa berjam-jam mereka di sana. Ongkos beli + trial produknya sampai ke SG gitu kan pasti masuk ke fee mereka. Jadi jutaan di sini pun pasti ada ongkos dedikasi di belakangnya, walaupun standar upah service di sini ngga setinggi di aussie. Mungkin gitu ya..