Thursday, November 25, 2021

Tetangga Kok Gitu?


Semogaaaa pandemi memang udah mau berakhir sehingga cerita-cerita gue tentang WFH, pandemi, dan stay at home di blog ini bisa selesai. Tapi sebelum itu semua berakhir, gue mau cerita tentang situasi WFH 8-9 bulan terakhir ini. Artinya ini situasi yang mewarnai sebagian besar tahun 2021 gue.

Akhirnya ada yang beli rumah kosong di samping rumah gue. Di awal 90-an, saat gue pindah ke cluster ini (gue masih kecil tentunya), semua rumah dan tanah adalah milik keluarga besar nyokap gue. Singkatnya, waktu terus berjalan sampai akhirnya tanah kosong dibeli orang lain dan sodara-sodara mulai ninggalin cluster ini (termasuk rumah nenek-kakek gue yang akhirnya kosong karena meninggal). Perpindahan itu membuat keluarga gue dan keluarga kakaknya nyokap sebagai 2 keluarga "terlama" yang tinggal di cluster ini. Sisanya adalah orang baru yang alhamdulillah-nya bisa rukun-rukun sama kita.

Di awal tahun ini, ada kabar rumah kosong di sebelah dibeli seseorang. Awalnya gue ngga tau siapa yang beli, sampai suatu hari skylight rumah gue ditutup pakai tripleks oleh tetangga yang lagi ngerombak rumah sebelah ini (kejadian ini kira-kira di bulan Mei). FYI, rumah gue itu lantai paling atas emang dirancang untuk pakai cahaya matahari ketika siang, jadi gue udah bertahun-tahun tinggal di rumah itu dengan cahaya matahari dari skylight. So, saat skylight itu ditutup tanpa izin, lantai atas langsung gelap. Gue inget banget, gue lagi pakai eyeshadow pas tiba-tiba sekitar gue menggelap dan ada suara gedor-gedor orang pasang paku.

Gue protes dong. Siang itu gue akhirnya ketemu sama bapak calon penghuni rumah sebelah. Rupanya orangnya rada nyeleneh/nyentrik, tipe bapak-bapak mid-40s yang g4uL, mengaku dipanggil sama temen-temennya dengan sebutan "King!" Dalam pembicaraan tersebut, gue bilang, kalau sejak pandemi gue full WFH. Jadi pembangunan sebelah akan menimbulkan banyak masalah di keseharian gue. Apalagi dia menyentuh bangunan gue dengan tutup skylight rumah gue tanpa izin!

Gue bilang, kalau bangunan baru akan nutup pencahayaan rumah gue, maka gue akan buat skylight baru, tapi tolong jangan tutup skylightnya sampai gue bisa bikin skylight baru. Nih si Bapak King mulai banyak lip service, bilanglah dia, "Nanti skylightnya saya buatin deh!" Abis itu gue diajak untuk keliling bangunannya, sembari gue pengen tau, di sebelah kamar gue bakal ada ruangan apa yang nutup skylight.

Pas lagi masuk ke rumahnya (yang strukturnya masih mirip sama rumah tante gue), terjadi conversation yang..... pup banget sih menurut gue.

Pak King: "Nanti kamar anak saya yang gadis di sana. Paling seumuran sama mbak ini." (maksudnya gue).
Nyokap: "Ha?"
Gue: "Anak bapak umur berapa?"
Pak King: "Anak gadis saya? 18 lah, baru kuliah."
Gue: Sianjjjj "Saya 34 Pak, bulan depan."

Eh, tadi gue bilang lip service ya? Iya, soalnya berminggu-minggu lewat, skylightnya ngga kunjung dibuatin. Akhirnya gue hire orang sendiri untuk tutup skylight lama dan bikin skylight baru. BODO AMAT! Cukup tau sih orang-orang begitu mah udah ketebak kalau lip service.

Pembangunan terus berjalan, dengan selingan informasi bahwa dia ditipu kontraktor lah, begini lah, begitu lah, sampai akhirnya pembangunan ngga selesai pada target waktu yang ditentukan, yaitu Juli atau Agustus 2021 ini. Anehnya, setelah melewati target, pembangunannya makin berisik. Ada kabar kalau dia ngga suka dengan "jadinya", dia bongkar lagi terus bikin lagi.

Gue sampai kirim "surat cinta" setiap kali merasa keberisikan. Trus gue titipin ke orang yang jaga cluster (sebutlah Satpam) untuk disampaikan ke mereka. Abis itu biasanya mereka diem. Tapi besoknya berisik lagi. Mungkin mottonya: Ayo boleh berisik kecuali dilarang sama mbak rumah sebelah.

Pas kirim surat cinta itu, gue ngga lupa fotoin sebagai evidence (ehm, mantan auditor banget!). Kalau lagi keberisikan juga gue record pakai handphone gue. Kameranya gue arahin ke jam dan tanggal di laptop atau di jam tangan gue, supaya kelihatan itu kejadiannya kapan. Sekarang di handphone gue ada folder namanya "Tetangga Kok Gitu".

Selain urusan berisik, ada beberapa masalah lain yang bikin gue dan nyokap merasa punya hak untuk protes. Karena bangunan dia lebih tinggi, puing-puing bangunannya banyak yang jatoh ke halaman belakang dan depan rumah gue. Ada cat atau cor yang jatoh ke genteng teras kecil di belakang dan mereka baru tutup pakai terpal setelah nyokap minta 2x. Trus ada ART cluster sini yang pernah nge-gap-in dia ambil genteng rumah gue dan balikin lagi pas ke-gap itu (ini ngga bisa divalidasi). Udah gitu, tukangnya ke luar-masuk, dan ngga pernah keliatan PCR/antigen selama ini. Pokoknya "dosa"nya itu terlalu banyak, tapi kok heran dia ngga pernah mau izin.

Kemarin kan dia berisik gedor-gedor gitu. Gue kirimin surat kan. Udah selesai. Gue bisa meeting marathon tuh.

Hari ini, gue sampe fuming sumpah asli bangcaaaaaad!!!!

Gue ngga ada janji online meeting, jadi gue pikir, ya sudah let them do their things deh. Capek juga gue kirimin surat mulu. Ternyataaaa, suara mesin itu kalau terus-menerus berjam-jam ganggu banget dan gue ngga bisa konsen kerja sama sekali! Akhirnya, gue kirimin lagi surat hari ini. Kalau surat yang kemarin-kemarin pakai bahasa tegas untuk minta stop berisik, hari ini.. ngga tau lagi deh, gue buka dengan basmallah.



Surat yang di kanan itu, gue bikin 11:25 siang. Kayaknya butuh waktu 10-15 menit sampai kesebar di semua tukangnya dan mereka diem.

Supir gue ke luar rumah jam 1 lewat, dan mungkin saat itu mereka ngerasa si nyonya-nona di rumah 12B lagi pada ke luar. LALU MEREKA BERISIK LAGI DONG!!!! :)))

Asli itu rasanya amarah gue sampe ke leher dan gue pengen teriak-teriak nyamperin rumah itu!!!! TAPI EITSSS, kita cari cara lebih ramah bestie!


Kalau surat di kertas udah ngga mempan, kali ini gue pake kardus. Tetep tempel kertas bekas kalender. Ngga elegan tapi ya udah daripada naik tensi gue T_T

Trus gue panggil tukangnya dari depan rumah, "Hey kisanak, mana bapaknya ada ngga?" sambil ngangkat papan unjuk rasa. Eh si tukang kurang ajar malah videoin gue. Biarin deh.

Oiya, gue bilang, "Tadi liat mobil ke luar dipikir rumah sebelah kosong yaaaa taunya tipuuuuuu kita ada di rumah~~~~~" Tukangnya ketawa cengengesan, tandanya IYA KAN?

Lucunya, 1 orang tukang di bawah kasih tau bapaknya, "Di belakang", dan 2 orang tukang di atas, jalan ke dalem kayak cari si bapak. Tapi kembali dengan bilang, "Lagi ke luar makan tadi, nanti ke sini lagi." Trus gue yang hampir 100% yakin kalau dia ada di rumah, jawab aja, "Nanti si bapak main ke rumah saya ya, ada es teh manis, es kop-sus, apa deh juga ada."

Sign-nya gue tinggal di bambu depan rumah situ menghadap ke jalanan, trus gue kembali ke rumah. Gue duduk manis kerja sambil menunggu kehadiran calon tetanggaku yang budiman <3

Yang ngga dateng-dateng juga sampai tulisan ini ditulis setelah Maghrib </3

Gue ngga gila hormat sampai minta dihormati sebagai "orang lama" atau sebagai orang yang lagi WFH. Gue cuma minta dihargai. Di awal tahun ini dia (atau mereka/keluarga?) datang tanpa kulonuwun (spell?) membangun. Cuma kenalan aja sama kepala keluarga lainnya. Ngga ada IMB karena katanya fasadnya masih berubah-berubah dan mau urus kalau udah stabil. Kerja proyek melewati target tanpa minta maaf sama tetangga. Bahkan gue denger dia parkir mobil di depan rumah sodara gue seenaknya. Truk yang bawa material nyenggol plang cluster sampai bengkok.

Gue ajak ngobrol, ngga pernah dateng. (Iya, ini bukan pertama kalinya gue ajak ngobrol).

Jadi gue heran, apa ya yang ada di pikiran dia, kok bisa-bisanya mau masuk lingkungan baru dengan cara yang ngga baik? Selama tetangga-tetangga baru gue dateng ke lingkungan ini dan mulai membangun, gue ngga pernah merasa terganggu karena mereka datang dan ikut memantau. Kalau ada apa-apa selama pembangunan, komunikasi ke orang-orang yang tinggal di sini juga baik. Lah si Pak King ini, sama sekali ngga membuka komunikasi loh!

Ini catatan penting buat gue (dan siapapun yang baca ini), penting loh untuk melakukan adab baik pada saat memasuki lingkungan baru. Ngga cuma tempat tinggal, tapi kantor baru, keluarga pasangan, sampai ke komunitas. Apalagi ini rumah ya.. gue sempet mikir jangan-jangan dia bangun rumah bukan buat ditempatin, kok berani-beraninya berlaku jelek di lingkungan yang akan jadi tempat tinggal dia?

Emang aneh apa ya orangnya? Pak King, kalau baca ini coba sini kenalan lagi sama saya. Kalo asik, kita bisa berteman.

0 comments: