Baaaaack! I'm baaaaaacck!!
Udah lama banget gua ngga nulis pake Bahasa Indonesia. Saat gua ngerubah URL dan title blog ini awal tahun 2008, gua memang lagi getol-getolnya berbahasa Inggris. Selain baik buat improvement English gua, gua memang mengakui menulis dan berkomentar dalam English itu jauh lebih expressive. However, saat ini gua jadi kangen untuk nulis dalam Bahasa Indonesia.
Belakangan ini gua lagi jauh dari kehidupan sosial gua. Hari-hari gua sibuk dengan urusan kantor, dan ketika weekend pun gua belajar di kampus. Hari Minggu, gua disibukin sama usaha untuk merelaksasi diri plus mempersiapkan diri untuk balik kerja ke hari Senin - walaupun hari Senin itu tidak semenyebalkan yang dibayangkan dan dikatakan sama orang lain. Gua selalu punya motivasi untuk memulai hari Senin, meskipun ngga bisa gua pungkirin, ada sebagian dari diri gua yang selalu ingin bahwa ada hari Minggu setelah hari Minggu.
Sebagian dari diri gua yang lain, terus ngeributin satu pertanyaan yang sampai sekarang ngga gua tau jawabannya: Is this real life? Of course gua utarain pertanyaan itu sama diri sendiri, sebagai seseorang pekerja yang belum berdiri 100% karena masih berstatus mahasiswa-magister-atas-keinginan-orang-tua.
Ketika tau seseorang baru lulus kuliah S1, most people's reactions to that are, "Congrats, welcome to the real life!". Apakah masuk akal kalau seseorang harus kerja *minimal* 8 jam sehari, macet-macetan pulang-pergi di jalan setiap hari kerja untuk earn money and make a living? Kita punya keluarga, dan bukankah waktu kita untuk keluarga harus lebih banyak daripada waktu yang dihabisin di kantor? Gua ngerti sih kalau kita kerja untuk hidup, dan untuk keluarga kita juga, tapi apa begini aturan mainnya?
Gua memang sempet meragukan apakah gua mampu bertahan dengan kehidupan yang keras seperti ini. Tapi sekarang ya jalanin aja.. namanya juga proses. Hidup ngga ada yang semau jigong kita. Lebih baik berusaha enjoy daripada kebanyakan berasumsi dan complaining. Dan gua terus berusaha mencari jawaban daripada gua complaint, then merengek sama suami gua untuk ngga kerja karena mau ngeladenin bujur gua yang berat. Setuju ngga setuju, kenyataannya orang ngga akan hidup tanpa bekerja.
Trus, apa yang gua pikirin akhir-akhir ini? Mungkin sangat silly kalau gua menuliskannya di sini, tapi akan gua tulisin kok.. Dua setengah bulan belakangan ini, gua kesulitan untuk nge-state hubungan gua dengan Igor. Kita udah ngga pacaran. Putus karena itu memang decision kita berdua untuk ngga saling terkait dalam status 'pacaran' lagi.
Banyak yang tanya, kalau masih saling sayang, kenapa harus putus? Kenapa ngga balikan lagi?
Gua dan Igor udah ngalamin banyak ups dan downs di dalam relationship kita hingga suatu saat kita pernah mengajarkan diri masing-masing untuk follow our hearts and be true to ourselves. Kita enjoy satu sama lain, tapi ngga pernah punya komitmen yang cukup untuk menghandle things that we are lacking in.
Ibaratnya, waktu udah ngebawa kita untuk ngedayung ke pulau seberang. Dengan semangat 45 pun gua dan Igor bikin getek. Setelah getek udah jadi, kita sama-sama naik ke atas getek, dan berusaha ngedayung. Kita punya semangat, keinginan, desire, pasion, nafsu, untuk sampai ke pulau seberang dan terus mendayung. Tapi giliran tali-tali pengikat getek itu ada yang lepas, we were like, "Yaaah, lepas.." sambil nyoba betulin talinya, yang ternyata susah kalau dilakukan di tengah-tengah laut. Then, apa yang kita lakukan? Mulutnya doang besar yang kayak, "Iya, ini harus diperbaiki nih!" tapi usaha kita cuma sampai ngiket tali itu dengan simpul pita, which is bikin kita sendiri, "Gubraks!".
Kita punya capability untuk hang on. Hanya komitmen yang ngga cukup kuat untuk saling mendukung. Kita ngga bisa terus-terusan go with the flow - we have to follow our hearts and BE TRUE to ourselves. Dan apa yang kita mau, ternyata bukan memanfaatkan kesempatan untuk mendayung ke pulau seberang. So, we broke off our relationship, dan mencoba untuk memulai kembali hubungan pertemanan yang lebih nyaman.
It was the hardest thing we've ever done, dan duduk di sini lebih dari 2 bulan kemudian, gua dan Igor sama-sama belum yakin kalau itu adalah keputusan yang terbaik. It is soooo easy to go back to what is comfortable, and he WAS comfortable. Tapi sekarang waktu bagi gua untuk sedikit uncomfortable untuk membuat segalanya lebih baik.. setidaknya untuk saat ini dulu. And I'm proud of ourselves for how well we handled it all :)
Trust me, it would have been possible to be friends with someone whom you loved so deeply ;)
Well, after that long-winded, and much needed for my soul post, I'm done.
♥, Me.
Liburan Ke Kazakstan & Uzbekistan dengan Java Mifi
7 months ago
6 comments:
De, gw selalu mikir kalo lo & Igor akhirnya HTS-an *sebuah status yang lo against seumur hidup* tp ngebaca ini gw jadi ngerti. Yang namanya pacaran emang nggak pernah cukup kalo cuma rasa sayang dan willingness untuk sharing, tapi butuh komitmen. Begitu ngebaca kalo kalian ternyata kurang berkomitmen, hanya ada 1 yang terpikir di kepala gw: Sekarang belum saatnya, dan kalian nggak mau memaksakan diri.
Gw sebenenrnya menyayangkan banget keputusan lo berdua... :'''( tapi ngebaca kalo lo & Igor sendiri merasa itu belum tentu keputusan yang terbaik, gw jadi lega... tandanya.... ada kemungkinan balik lagi... hahahaha...
Love
Hi there, my first love, my first real heartache....... :)
Wah, ini gw tau nih... salah satu yang terus mengganggu pikiran lo ketika bekerja adalah hilangnya waktu lo untuk motret, berkhayal, dan..... menjalin hubungan yang lebih serius dengan RGH... Ck-ck-ck, lo memang harus berkorban untuk tidak motret dan berkhayal kalo mau kerja, tapi kalo untuk hubungan... bisa cari di dunia kerja kok... huahahaha... peace!
Wah, ini gw tau nih... salah satu yang terus mengganggu pikiran lo ketika bekerja adalah hilangnya waktu lo untuk motret, berkhayal, dan..... menjalin hubungan yang lebih serius dengan RGH... Ck-ck-ck, lo memang harus berkorban untuk tidak motret dan berkhayal kalo mau kerja, tapi kalo untuk hubungan... bisa cari di dunia kerja kok... huahahaha... peace!
Astaga, Igor... sampai heartache toh?
Igor punya hati toh?
Post a Comment