Thursday, December 18, 2014

Di antara ributnya #BajakJKT..

Halo!

Lama banget ngga nulis. Dua bulan belakangan ini lagi sibuk banget sama polemik di kantor, persiapan charity run #NusantaRun, dan ngebantu teman yang balik ke dapur rekaman.

However, gara-gara event #BajakJKT yang kontroversial weekend kemarin ini, siang ini saya gatel banget pengen curhat.

Saya sudah baca review ini [link] dan (berusaha) memahami comment-commentnya, baik yang pro dan yang kontra. Ributnya mirip dengan ribut di Twitter sepanjang Sabtu sore hingga hari Minggu, cuma karena di comment sebuah blog, pastinya bisa nulis lebih dari 140 karakter.

Sebagai orang yang suka banget sama olah raga lari dan mendaftar di #BajakJKT, sebagai orang yang dulunya sempat belajar Marketing Management, daaaan.... sebagai orang yang sedang bikin charity run event.. saya mengakui tidak tau harus berada di sisi yang mana.

Tapi yang jelas..

Saya akan tidak akan merespon komentar atau cacian yang tujukan kepada Runners di #BajakJKT. Kenapa? Simple.. Mereka yang memaki tidak tahu bahwa pada saat kita (Runners) mendaftar acara akan dilaksanakan di Lapangan Banteng, dengan rute seperti itu, dan mulai pukul 04:00 pm. Yang kami tahu hanya registration fee sebesar Rp 250.000,- (ketahuan deh umur gue) dan tanggal racenya. Memang dari awal sudah akan kepikiran bahwa #BajakJKT mungkin dilaksanakan malam hari karena tanggal 13 jatuh pada hari Sabtu. Lebih dari itu, kita mah siap-siap aja untuk mengulang hura-hura tahun lalu.

Race course dan jam acara baru keluar saat pengambilan race pack, yaitu 29 November sampai 3 Desember (ini setahu saya loh ya). Di sana sudah tertulis COT (cut off time) untuk beberapa waterstation yang ternyata bertujuan untuk traffic blocking. Eh tapi ya bok, pikirin aja, sekitar 13.000 (turned out "hanya" 9.000) pelari mana bisa semuanya memenuhi COT?

Akhirnya apa yang ditakuti beberapa dari kami, terjadi (walaupun "si kami" ini banyak ngga mengalami kerisuhan itu karena udah sampai finishline di bawah 1 jam 10 menit). Jalanan menjadi macet, banyak cacian dan suara klakson, serta runners literally running side-by-side with cars and other public transports. Nike benar-benar menterjemahkan #BajakJKT secara harfiah.

Menurut saya, tahun lalu Nike We Run pertama di Jakarta sukses digelar karena berhasil dengan tag #BajakJKT-nya. Padahal sepanjang rute (yang saat itu 25-30% di luar car free day Sudirman) Runners juga ngga serius-serius amat larinya. Banyak yang selfie, main pedang-pedangan, pokoknya main-main lah. Karakteristik Runners yang ikut tahun lalu juga ngga jauh berbeda dengan runners #BajakJKT yang kemarin.

Setelah sesukses itu, kenapa konsep event mesti diubah sekarang? Course and time announcement yang last minute seperti fait accompli buat kami. Pemaki tidak tau soal itu kan? So it brought my memory back to Jakarta Marathon 2013 di saat banyak orang yang complain ketinggalan pesawat atau telat ke Gereja karena jalanan banyak ditutup. Apa yang kurang? Komunikasi.

Sekali lagi: Komunikasi. Dari kita? Bukan. Dari panitia dong. Buktinya setelah komunikasi yang baik dengan mensosialisasikan buka-tutup jalanan, Jakarta Marathon 2014 sukses digelar dengan complaint dari pengguna jalan yang saaaaangat minim. Padahal acaranya berlangsung 7 jam dengan buka-tutup jalan sampai dengan 12 jam.

Tapi ngga begitu dengan #BajakJKT. Jika acara ini benar-benar bertujuan untuk marketing, wow, they've put their brand in danger. Bukan cuma brand Nike-nya, tapi We Run seriesnya juga (karena menurut saya ini melenceng dari esensi Nike We Run yang sesungguhnya).

Sialnya, 70% makian atas kemacetan akibat #BajakJKT tahun ini ditujukan pada para runners. Bukan panitianya!

Runners dicaci dengan ledekan: Kalau mau hidup sehat jangan ngerugiin orang lain dong! Padahal hidup sehat itu bukan 1 jam lari ikut Nike We Run. Hidup sehat itu lifestyle. Pemaki memang tidak tahu seluk-beluk acara ini. Akibat emosi juga, mereka akhirnya melontarkan makian-makian yang ngga difilter. Sementara Runnersnya sendiri melakukan pembelaan, bahwa: Setiap hari kalian mengambil hak kami untuk mendapatkan jalanan yang layak, ini cuma 2 jam aja protes sampai lebay banget!

Dua sisi yang bertikai tidak akan pernah bisa memahami satu sama lain. Masing-masing kehilangan kesabaran dan mementingkan curahan emosi daripada logika.

Tapi di sisi lain, si panitia duduk asik di depan komputer mereka dan mengirim email:

Kamu mengalahkan macet.
Melalui beratnya cuaca.
Menguasai waktu.
Selalu menguji keterbatasanmu.
Melakukan yang lebih.
You VS You. Kamu menang.

Really?

Kembalikan Adidas King of the Road!

0 comments: