Saturday, October 12, 2019

Lelah. Tapi Ya Udah.


Hari Jum'at sekitar 50 menit menuju hari Sabtu. I am writing this post in a bit of daze after suffering through constant nausea and migraines earlier this week that left me missing 4 working days in a row. Rasanya pengen ngeluh, pengen cerita, tapi ngga tau mulai darimana dan sama siapa. Dari tadi WhatsApp-an sama temen-temen tapi cuma bisa haha-hihi. Kadang gue ngebanyol paling heboh pula! Padahal ya.. gue poker face aja gitu di atas tempat tidur.

Udah 4 hari berturut-turut di atas tempat tidur karena sakit. Udah ngga tau juga mau ngapain. Dari kemarin udah nyambi kerja sedikit, tapi ketiduran lagi kalau abis minum obat. Tapi kalau ditanya sakit apa, cuma bisa jawab muntah-muntah ngga jelas. Katanya hasil check darah, gue kena bakteri dan infeksi pencernaan. Tapi kata internist, intinya kecapekan.

Bener juga. Gue terlalu lelah sampai kalau pengen cerita, ngga tau mulai darimana. Akhirnya mending ngopi-ngopi aja ngomongin hal lain yang bisa bikin mood gue lebih baik. Karena kalau capeknya diturutin, nanti ceritanya bisa ke mana-mana. Bener sih kata orang, kalau ada masalah jangan dipendam. But what is also true, ngga semua hal bisa diceritain.

Katanya, begitulah orang Gemini. Two-faced. Tapi kalau saat ini gue berhadapan dengan seseorang, mungkin ini yang akan gue ceritain.

Beberapa minggu (atau bulan) terakhir, gue mulai merasa badan gue mulai ngga bisa diajak kerja keras seperti biasanya. Awalnya gue pikir ini efek dari pengobatan Tapros yang masih ada, tapi kok rasanya makin ke sini, makin berat untuk fokus dan kerja extra hours. Pelan-pelan mulai ada yang berubah dari pola kerja gue. Misalnya, kalau dulu gue bisa tidur (cuma) 5-6 jam sehari, sekarang gue mesti tidur minimal 8 jam. Bahkan kadang-kadang 9-10 jam! Jam biologis gue jadi bergeser banget yang membuat gue jadi lebih siang masuk kantornya. Udah gitu jam 5 sore rasanya gue udah capek banget. Lama-lama gue ngerasa waktu produktif gue makin sedikit - yang akhirnya membuat gue sulit untuk deliver pekerjaan dengan added value.

Gue udah mencoba untuk membangun ritme kerja yang baru. Dimulai dari berangkat lebih pagi lalu pulang on-time. Tapi itu cuma bertahan satu-dua hari hingga suatu saat gue lembur, lalu gue bisa loyo lagi sampai minggu itu berakhir. Ulang lagi effortnya dari awal di Senin mendatang. Pokoknya sekali terganggu dengan lembur atau telat tidur, maka sisa hari di minggu itu gue akan loyo abis-abisan.

Kata orang zaman sekarang: Ah, itu mah kurang liburan!

Ya akhirnya pergilah gue ke Singapore 2 bulan lalu. Apakah setelah itu keadaan membaik? Nope. Siklus seperti yang gue ceritain di atas terus berulang, bahkan 2-3 minggu ini membuat gue lebih capek.

Deadline project yang tight membuat gue sempat ngotot kurang tidur dan mikir keras selama 5 hari berturut-turut di minggu lalu. Pada saat yang bersamaan, team gue yang harusnya menyiapkan materi outing ternyata juga mengerjain proyek lain (yang buntutnya sama-sama bikin dia capek). Akhirnya pas kita re-group untuk ngerjain materi outing, kita pusing duluan untuk memecah bottleneck. Usaha memecah bottleck ini kan ngga main-main ya karena sensitif; kalau ada salah sedikit bisa jadi masalah lain. Alhamdulillah, bottlenecknya pecah dan satu per satu task bisa kelar.

Tapi kayaknya badan ngga bisa boong sih.. akhirnya ya capek!! Selasa Subuh, gue muntah-muntah dan terus muntah-muntah sampai malemnya. Akhirnya ke UGD menjelang malam karena 24 jam lebih gue ngga makan. Ditanya abis makan apa, ya gue ngga merasa salah makan.

Di UGD gue diinfus 2 obat dan 1 botol multivitamin. Empat jam di sana, gue bayak mikir apakah badan gue udah mencapai batas maksimalnya? Padahal saat itu, outing tinggal 10 hari lagi dan gue sebagai orang yang paling sibuk siapin outing..... lucu aja gitu kalau sampai ngga ikutan karena sakit!

Mendadak gue jadi hitung-hitungan kerjaan. Pelan-pelan gue mulai menuduh si ini dan si itu yang menyebabkan gue sakit karena mereka seenaknya lempar-lemparan kerjaan atau ngerebut resource gue (you know, pemikiran yang muncul tuh kayak, "Kalau ini begini gue ngga akan kerja keras dan ngga akan sakit tau!"). I mean, gue paling males itungan-itungan, jadi kalau gue udah mulai itung-itungan berarti gue udah merasa berada di posisi yang rugi karena seolah-olah the whole universe itu unfair gitu.

Masih sambil terbaring di UGD, gue juga inget waktu gue skip ulang tahun pertamanya anak sepupu gue karena gue.... you know, kerja di hari Minggu. Dan 9 hari setelah itu gue sakit, yang mungkin akibat terlalu-capek-bekerja. Is it worth it?

Kemudian being aaaaaalll drama queen, gue mengait-ngaitkan sakitnya gue ke perjuangan di Jum'at minggu lalu waktu gue harus pergi ke Ratu Plaza untuk re-install MacBook pribadi gue yang udah lebih dari setengah tahun ini dipake kerja. Ceritanya laptop kantor yang gue pakai kan udah lemot banget, maka gue voluntary pakai laptop pribadi yang lama-kelamaan lemot juga karena ngga compatible sama versi microsoft officenya. And speaking of laptop, MacBook gue kan amit-amit beratnya, jadi setiap kali gue migren di sisi kanan, gue berpikir apa iya ini disebabkan karena gue selalu bawa laptop berat di bahu kanan gue?

Pokoknya, malam itu di UGD, gue seperti mengasihani diri gue sendiri.
Kalau orang lain menolak kerjaan karena dia sibuk, kenapa gue ngga bisa bilang bahwa gue sibuk?
Kalau orang lain ngga mau sharing resource karena dia deadline, kenapa gue ngga bisa bilang bahwa gue juga punya deadline?
Kalau orang lain hanya mementingkan kepentingan sendiri, kenapa gue harus mementingkan kepentingan mereka?

Seseorang pernah bilang ke gue, bahwa masalah terbesar dari gue adalah gue terlalu baik ke orang lain. Sementara gue cuma mikir simpel, "Selagi tenaga dan pikiran ini memungkinkan untuk menyelesaikan banyak hal, kenapa gue mesti itungan-itungan?"

Dan unfortunatelly, Selasa kemarin membuktikan kalau gue bisa juga drop. Ya eyalah makhluk hidup!

Mungkin kombinasi dari efek pengobatan dan keruwetan inilah yang membuat gue drop. Tapi sakit hanya menjelang beberapa hari sebelum outing itu sucks. Kenapa? Ya karena gue pengen outing dengan kondisi sehat lah! Udah bayang-banyangin ke Thailand ber-67, main-main, latihan muay thai langsung di Bangkok! Hih kinthil!

See? Kalau semua ini gue ceritakan ke orang, let's say elo, mungkin lo akan punya judgment terhadap gue dan pekerjaan gue. Apalagi temen-temen lama gue yang tau bagaimana keseharian gue & kerjaan gue. Pasti akan menyebutkan kerjaan gue sebagai sumber sakitnya gue. Rada terharu juga pas sore ini baca WhatsApp bibi gue: Rezeki dan ilmu bisa dicari May, tapi kesehatan itu mahal harganya. OH GUE KAYAK DITAMPAR!

Tertampar, karena selama ini gue memang banyak denial walaupun gue udah mulai terbuka ke beberapa orang di sekitar gue. Iya, gue udah mulai belajar untuk menerima bahwa something. is. troubling. me. at. work.

However, di sela-sela badan yang masih suka demam dan perut bagian atas yang masih suka mulai ini, semalam gue mimpi cukup.. hmm.. cukup bagus kalo ngga bisa dibilang indah. Ceritanya ketemu seseorang dari tahun lalu. Ya walaupun ngga fancy banget ya kita ketemunya di pinggir jalan Fatmawati belokan menuju Tarogong tapi yaa seru juga duduk dan kipas-kipas di tengah polusi jalan raya! Mimpi itu bunga tidur tontonan seru loh, karena orang yang udah kita lupain bisa aja nongol cuma buat sekedar ngingetin kalau dulu kita sempet ngobrol bareng walau sebentar. Hi A, semoga sehat selalu!

So deadline... *sigh* masih ada deadline 3 hari sebelum outing. Tapi dengan kondisi yang seperti ini pun mikir ngga akan effective. Mari biarkan weekend berjalan fun sambil menyembuhkan badan ini dan lihat apa yang bisa gue lakukan saat crunch time minggu depan. Besok beli Starbucks kali ya biar happy sedikit.

Signing out nooow!

0 comments: