Sunday, October 18, 2020

Week 42 of #52WeeksofMisswhadevr | Anjayy.. Sertifikat untuk Happy!

Journal minggu ini dimulai dengan laporan sport jantung of the week dulu:

Setelah beberapa kali (2 atau 3 kali) dealing dengan emergency response penyebaran COVID-19 di sekitar working premise (padahal mostly udah WFH), pertengahan minggu ini gue bener-bener berhadapan dengan risiko penyebaran di ring 2 kantor begitu gue denger kabar kemungkinan keluarga inti salah satu karyawan telah terinfeksi. Mendadak di kepala gue langsung ada cabang-cabang: yang ini harus digituin, yang gitu harus diginiin, dan seterusnya. Dalam waktu yang cukup singkat, gue harus cari tempat swab yang deket dengan rumah karyawan tersebut. Alhamdulillah, dalam hari yang sama keluarga inti karyawan bisa diswab dan besok paginya keluar hasilnya: Si Karyawan negative, tapi ibu dan istrinya positive.

Tantangan belum sampai di situ, hey juragan.. While Team GA menangani kondisi lapangan, gue bertugas untuk memberikan pendampingan, setidaknya sampai dengan ibunya mendapatkan RS. Dan oh man, bener banget yang dibilang berita-berita: kalau kita menunggu untuk mendapatkan fasilitas pemerintah, maka kita balapan sama "waktu". Gue aja yang merasa cukup knowledgeable mengenai emergency response ngerasa pusing banget saat melakukan pendampingan.. Gimana Si Karyawan yang knowledgenya ngga cukup untuk menghadapi ini - pluuuus yang infected adalah ibunya yang sudah lansia dan istrinya (dalam kondisi salah satu anaknya masih menyusui).

Secara keseluruhan, butuh waktu sekitar 60 JAM sejak pertama kali gue mendengar laporan keluhan hingga ibunya berhasil masuk ambulans menuju rumah sakit rujukan. Setelah pandemi ini selesai, gue mungkin bisa nulis blog post khusus tentang gimana peningnya Task Force COVID-19 di perusahaan selama pandemi ini. Takut, sedih....... restlesss......... Makanya gue ngga muluk-muluk, kalau ada yang ngga percaya bahwa COVID-19 sangat berisiko, coba deh jadi bagian Task Force atau jadi "Anak HR" dulu...

Di luar high light di atas, sebenernya ada hal yang menarik banget di minggu ini..... yaitu gue enroll kelas di Coursera tentang "The Science of Well-Being". Gue merasa bego-bego-lucu gitu kenapa enroll kelas gini, terlebih diajakinnya sama temen gue yang lagi sama-sama meratapi nasib ini (basically kami saling membantu untuk mentertawai nasib).


Selasa kemarin, random chat tiba-tiba menclok ke Coursera, padahal awalnya pengen cari online course untuk sertifikasi CISM.

Temen (T): Most popular class in yale *ceunah after kirimin screen capture coursenya*
T: Kykna seruu
T: Daftar deh ini.. yuk barengan..
T: Biar ad tmn diskusi cuy
T: About being and concept of happiness.. *ini orang emang persuasif dari dulu*
Maya (M): Anjeeeerrr
M: Meluncur TKP *kemakan omongan*
M: Ngakak
M: Yg well being daftar yg pake sertifikat atau ngga? *pertanyaan orang yang baru aja kena annual fee CC 800k*
T: Anjayy.. sertifikat utk happy *membully*
M: Ya iya sih kampret bgt sertifikat happiness

Satu menit kemudian...

M: Fak anjir gue enroll ginian

Dan course itu baru gue sentuh kemarin sore, setelah semua per-COVID-an beres dan selesai ngajar Sabtu siang ekekekek... Trus ketiduran!!

Baru aja tadi lanjut dan dihadapkan dengan questionnaires.. Gue ngga begitu suka isi-isi questionnaires gini, apalagi baca hasilnya. But I did it anyway dan kali ini jujur deh isinya. Mungkin kata hati gue udah mengalah sama sikap gue yang sering denial kalau selama ini gue cenderung mementingkan orang lain di atas kebahagiian gue.. dan low key pengen tau apakah bener gue sebenernya ngga "secukup" yang selama ini gue rasa.

Confession: Deep down I know I don't always feel like I'm enough.

Dan hasil questionnairesnya adalah:

* Overall Well-Being (scale 0-10): 6.31
* Authentic Happiness (scale 1-5): 2.63
* Signature strengths:
  1. Hope
  2. Leadership
  3. Kindness
  4. Creativity
  5. Honesty
(Kalau mau tau detailnya, silahkan diikuti yah coursenya, gue ngga mau bocorin apapun tentang course ini :P #bukanpromosi #tapisemogakamujugakejebak)

NAAAAH... knowing gue udah jujur mengisi questionnairesnya DAN hasilnya begitu buruknya maka sayang dong kalau ngga dilanjutin. Ya kan? Ya kan? Lanjutin ngga nih???

Ya sudah lah, lanjutin aja kali ya. Moga-moga selesai ontime dan gue ngga males untuk lebih mengenal diri sendiri. Asli deh, udah agak lama gue berpikir kok rasanya gue hidup nyenengin orang mulu, tapi ngga ada trigger untuk nyenengin diri sendiri selain self-rewarding dengan liburan atau gadget. Perasaan ini teh seperti tau kalau batin gue laper, tapi ngga mampu feeding batin sendiri seperti gimana gue mendorong orang lain untuk mengedepankan well-beingnya.

Inget banget dulu Igor pernah marah-marah ke gue, dia bilang "Ngeliat lo itu gue capek banget, bisa ngga sih stop, just pause everything, dan pikirin diri lo sendiri?" Ngerasa ada benernya juga, gue cuma diem digituin huehuehueh... tapi ngga introspeksi.

Anyway, coursenya sampai Desember, coba nanti gue update-update lagi gimana progress gue. Mau ikutan? #selfloveyuk

0 comments: