Sejak awal kerja sepertinya gue ngga pernah jarang banget ngambil cuti saat ada hari kejepit untuk mendapatkan experience "long weekend". Perusahaan-perusahaan tempat gue kerja juga bukan penganut cuti bersama (dalam kondisi hari raya agama biasanya memilih untuk diliburkan aja), jadi gue belum pernah ngalamin yang namanya cuti bersama. Pilihan ini gue ambil secara sadar supaya setiap cuti bisa gue jalani secara mindful sesuai dengan tujuannya.
Entah lebay atau gimana ya, tapi gue lebih suka cuti dengan tujuan. Sesimple cuti males.. buat gue itu udah suatu tujuan. Logikanya daripada masuk kerja trus males-malesan mending cuti aja. Tapi kalau cuti harpit supaya long weekend.. hmm.. gimana ya bikin goals statementnya? Toh gue hampir ngga pernah jalan-jalan saat long weekend karena males sama macet dan ramenya. Begitu juga long weekend kali ini, alias long weekend ke-sekian saat pan-fucking-demi.
Selama pandemi ini, ngga terhitung berapa kali gue dan Nadya uring-uringan pengen ke sana ke mari, pengen staycation, pengen ke Bali, dan kangen banget ke Singapore.. tapi mungkin kali ini, anehnya, stock kewarasan kami cukup banyak untuk bertahan #dirumahaja. Nadya dan suaminya bisa manfaatin waktu untuk beres-beres rumah (padahal awalnya dia bilang pengen tidur doang), gue punya kegiatan juga dari dalam rumah, dan alhamdulillahnya banyak ring 1 gue yang juga masih waras untuk #dirumahaja weekend ini.
No long weekend is so important as to risk your health with this virus.
0 comments:
Post a Comment