Sunday, April 16, 2017

Ridiculous Rules at Coffee Places in Jakarta.


Walaupun seneng ngopi, gue ngga terlalu addict dengan coffee shop dan belum pernah luangin waktu untuk sengajain mencoba coffee shop (atau resto) yang lagi hits. Kebanyakan kunjungan gue ke coffee shop -di luar coffee shop kantor gue- adalah ngikutin usulan temen kalau lagi janjian ketemu atau sekedar mampir kalau abis lelarian di sekitar rumah gue. Kalau lagi trip ke luar negeri beda lagi ya ceritanya, karena di luar gue akan sengajain mampirin coffee shop yang lagi hits.

Ternyata, dari kunjungan gue yang bisa dibilang minim, banyak juga coffee shop di Jakarta yang punya peraturan aneh-aneh. Gue yakin ngga banyak juga yang pernah ngalamin pengalaman aneh ini, tapi karena kelakuan gue suka aneh-aneh, gue sering banget ditegur di dalam coffee shop dengan teguran yang menurut gue.. what the heck?!

Siapa tau ada juga yang pernah ngalamin hal-hal berikut:

#1 Ngga boleh bawa air minum dari luar (Part 1)
Suatu hari gue abis lari pagi dan janjian ketemu temen yang lagi sepedaan di sebuah coffee shop. Gue sampai TKP duluan karena cuma lari 5K. Namanya orang lari, pasti kan bawa minum ya. Saat itu gue diminta untuk tidak membawa botol minum dari luar.

Gue: "Saya ngga bawa mobil, lalu botol ini saya geletakin di luar aja?" (yes, gue emang nyolot)
Waiter: "Maaf Mbak, tapi peraturan kami begitu."
Gue: "So, sarannya gimana?"
Waiter: "Dikosongkan saja botolnya, lalu kalau Mbak mau minum air putih bisa beli dari kami."

Gue langsung ingat semua restoran dan coffee shop di Australia dan Singapore yang selalu nyediain mineral water secara gratis. Cih!

Lalu gue minum aja air gue sampe habis di depan Waiternya. Trus gue pelototin Waiternya sambil bilang, "Udah saya kosongkan sesuai request kan?"

#2 Ngga boleh bawa air minum dari luar (Part 2)
Mirip dengan kasus di atas, kejadiannya adalah gue bawa air mineral botolan yang udah mau habis lalu ditegur dan dibilang tidak boleh bawa minum dari luar. Gue masukin ke dalam tas karena lagi males nyolot.

Menjelang meminta bill, gue tanya, kenapa ngga boleh bawa air minum dari luar? Gimana kalau dibawa dalam Tupperware? Gimana kalau isinya adalah air do'a (sebagian orang suka bawa air do'a loh)? Sebenarnya gue tau jawabannya, yaitu karena mereka kan juga ngejual mineral water ya, tapi gue pengen jawaban lain aja. Ternyata jawabannya cuma, "Peraturannya di sini seperti itu." Zzzzz..

Beberapa tahun lalu, saat gue di Singapore dan masuk ke dalam coffee shop sambil menenteng bubble tea, Waitress di sana ngasih gue gelas kosong. Karena dia sibuk dan hectic melayani banyak pengunjung, dia ngga ramah loh (mungkin juga lagi bad mood). Tapi dia sempet ngasih tau ke gue, "This is for you, pour your cold beverage into this glass!" Voila! Solusi bagus kan?

#3 Boleh nyolok, tapi bukan laptop
Kzl ya bacanya aja. Tapi bener loh, ada coffee shop di Jakarta yang tidak memperbolehkan pengunjungnya untuk mencharge laptop. Kalau ngecharge handphone, boleh.

Gue langsung batalin order gue karena gue emang mau kerja di sana. Padahal saat itu baterai laptop gue penuh, tapi ilang feeling aja.

Ternyata, pas lagi ngomongin coffee shop ini, teman gue pun pernah ngalamin hal yang sama. Dia hanya diperbolehkan ngecharge selama 15. "Nanti setelah 15 menit kami akan remind untuk mencabut chargernya.", kata Waiternya. Duh, kalau baterainya bocor apa gunanya 15 menit.

Masalahnya kan sekarang orang mau ke coffee shop karena membeli space dan wifi ya, tapi kalau dibatasin gitu mending ngga usah. Tulis aja "Ini coffee shop cengkrama atau perenungan, dilarang ngecharge laptop biar bisa sosialisasi atau introspeksi."

#4 Harus terima stample
Loyalty card yang kayak ngumpulin stample itu sekarang udah barang biasa, termasuk di coffee shop. Dulu gue masuk ke suatu coffee shop di gedung klien dan dapat 2 stample untuk pembayaran 2 cup (gue dan teman gue). Kunjungan selanjutnya gue lupa bawa. Pas ditanya, gue jawab, "Duh, ketinggalan. Ngga usah ya."

Ealah gue dikasih lagi kartu dengan satu stample. Kata kasirnya, bawa aja kalau nanti yang di rumah ketemu, bisa disatuin lagi stamplenya di satu kartu. Tapi karena gue yakin gue ngga telaten ngumpulin stample, loyalty card itu gue tinggal di meja, sambil berharap diambil sama orang yang lebih telaten dan bisa digabungin di kartu dia.

Kunjungan selanjutnya mungkin jeda waktu 1-2 bulan, karena saat itu gue udah ngga onsite di klien tersebut. Lah dikasih lagi stamplenya. Gue menolak karena gue akan semakin jarang ke sana. Tapi dipaksa harus terima kartunya, Jekkk! Again, berakhir di meja lagi. Seharusnya gue udah dapat 4 stample ya, tapi untuk dapat free 1 mesti 6 cups lagi yah masih lama lah. Sekarang aja udah bertahun-tahun ngga balik lagi ke sana.

#5 Sofa untuk smoking room
Pemisahan smoking room dan regular room sudah banyak diterapkan di sini. Tapi suka ngeh ngga sih, kok smoking room kadang-kadang lebih cozy dengan disediakan banyak sofa ya? Ini jadi pertanyaan banget buat gue, soalnya sofa itu lebih berisiko terbakar - dan sumber risikonya (korek atau rokok) malah mendekati sofa. Ngga nyambung di otak gue.

#6 Ngga boleh pakai sendal jepit
Saat ini, di coffee shop kita akan nemuin:
1. Cewe well-dressed, dengan rambut paripurna, alis cetar, dan bibir pouting. Duduk manis, kadang berpangku tangan, sambil menatap ke suatu titik fokus imajinasi yang jauhnya bukan main.
2. Cewe lain yang pegang kamera mirrorless mengarahkan kameranya ke cewe #1. Dari kameranya keluar bunyi titit-titit, titit-titit, titit-titit, titit-titit, titit-titit, titit-titit, titit-titit, titit-titit, titit-titit, titit-titit, karena autofokus kameranya juga sudah lelah untuk take ke 51835 ini.
3. Cowo di ujung sana bersama beberapa temannya, yang milih meja rendah, lagi menata jam tangan, vape, bungkus rokok, zippo, dompet, cangkir kopinya, dan masa depannya. Dia akan berdiri setelah mantap dengan penataannya, trus mengarahkan kamera handphonenya dari atas ke meja itu secara flat.
4. Dua bule ganteng di ujung satunya lagi berdebat soal Donald Trump.
5. Dua ABG love birds dimana cewenya nyenderin kepala ke bahu sambil sedikit bengong, dan pacarnya main game di iPhonenya.

Trus masuk lah gue ke sana. Saat itu gue lagi kerja remote pakai kaos belel, bawa tas laptop, rambut jabrik abis turun dari ojek online, dan pakai sandal jepit Birkenstock.

You know what, pada saat keluar dari coffee shop tersebut, gue pernah dibilang sama Kasirnya kalau gue sebaiknya ke sana ngga pakai sendal jepit. Padahal itu bukan pertama kalinya gue ke sana pakai sendal jepit and hey, it's Birkenstock alias sendal jepit overpriced you know!

Gue tanya alesannya dan jawaban Kasir itu adalah, "Iya Mbak, tempat ini biasanya didatangi sama orang yang lagi kerja, jadi tamunya rapi-rapi." which made me wanted to jambak-jambak kepala kan.. aneh banget jawabannya. Sebenernya gue pengen sih bilang, "Ini Birkenstock loh, bagian kiri aja udah bisa buat gaji ente seminggu!" tapi yeaaa apa guna.

Karena males ribut, gue iya-in aja, toh jarang-jarang ke sananya. Pas gue selesai bayar dan balik badan, ternyata cewe love birds itu udah tidur di paha pacarnya yang masih sibuk main game di iPhone. Gue pun manggil Kasir dan Waitressnya sambil nunjuk ke love birds itu, "Tuh, pakai baju rapi tapi tidur di tempat umum? Ini coffee shop atau hotel jam-jam-an?"

However, rules are rules. Kalau ngga cocok dengan rulesnya gue pun ngga keberatan untuk ngga kembali datang. Toh coffee shops ngga hanya satu atau dua di Jakarta ini. Tapi yang selalu ingin gue dengar adalah WHY-nya, because I need to understand dong. Gue memang rada skeptis dengan orang Indonesia yang jago banget bikin peraturan, tapi bahkan peraturan itu sama sekali ngga in line dengan performance, reputasi, atau kualitas servicenya.

Well, semoga ngga banyak customer aneh yang sering kena tegur kayak gue.


2 comments:

Andita Sugiatno said...

gw juga kurang paham tuh kenapa orang indo sensi banget sama sandal jepit sik? masuk mall walau baju rapi dan sendal jepit bukan swallow tetep lho diliatin sama satpamnya dari ujung rambut sampe ujung kaki... kan kzl...

Maya Junita said...

Iya banget nyebelin. Padahal negara sebelah penduduknya doyan banget pakai sendal jepit kemana-mana tapi lebih maju.