Sunday, August 14, 2016

Coffee Talk #1: Kenapa Perempuan Harus Dandan.


Rupanya kalau dihitung-hitung, banyak juga teman gue yang ngga suka dandan. Hmm.. nge-blow rambut dan berpenampilan rapi termasuk "dandan" sih, tapi maksud gue di sini adalah dandan as in put on makeup. Alasannya banyak: nanti repot kalau kerja, blebleran kalau naik kendaraan umum, takut jerawatan, atau ngga butuh aja.

Sore itu lagi mendung gelap, dan gue lagi duduk ngopi sama seorang teman lama yang ngga suka dandan karena kompilasi keempat alasan di atas. Boro-boro pakai lipstik, menyentuh lipbalm aja ngga. Dia nanya sama gue, "Lo setiap hari pakai maskara, May?" Gue memang dandan pakai maskara dan lipstick Mac Taupe - dua senjata andalan yang sederhana tapi langsung bikin gue keliatan dandan banget. Topik pembicaraan pun bergulir ke soal dandan-dandanan.

Gue bilang sama dia, suka ngga suka, gue membiasakan diri gue untuk dandan, terutama saat hari kerja. Ada beberapa hal yang bikin gue rela bangun lebih pagi untuk dandan, tapi landasan dari semua alasan dan argumen gue adalah karena gue bekerja di industri jasa. And yes, I am a Senior Manager, rasanya ngga proper kalau gue ngga dandan.

Bagi gue, dandan adalah salah satu cara gue untuk menghargai pekerjaan gue. Datang rapi dan sudah ber-makeup ke kantor atau kantor client itu salah satu cara gue untuk menunjukkan bahwa gue ready untuk bekerja di hari itu. Gue selalu menghindari greasy hair, mata bantal, dan bibir "plain" - jadi rambut paripurna, maskara, dan lipstick adalah senjata minimum yang sudah harus gue pakai sebelum gue memasuki area kantor gue atau kantor client.

Jujur, gue seneng melihat perempuan yang tampil apa adanya - and I know how nice to just be able to feel the same beauty with just your own skin! But it doesn't seem right kalo seseorang berada di depan gue dengan rambut acak-acakan, wajah kering yang flakey, dan bibir pucat. Are you ill? Go home aja lah, apalagi kalau pakaiannya juga berantakan dan bau keteknya kedengeran.

Anggap tadi alasan yang pertama. Sekarang alasan yang kedua.

Rutin dandan ternyata membuat gue lebih care sama urusan kulit gue.

Gue menyadari konsekuensi kerusakan kulit saat gue sering menutup pori-pori kulit gue dengan sunblock, cream, bedak, atau produk lainnya. Jadi gue memikirkan gimana gue membersihkan wajah gue sebersih-bersihnya (sampai harus double or triple cleansing) dan menutrisi kembali kulit gue. Kalau gue ngga dandan, mungkin gue hanya mencuci muka dengan asal-asalan and that's it! Gue ngga akan pernah tau bahwa kulit mati ngga akan terkelupas sendiri sehingga kita harus rajin exfoliate.

Terdengar seperti damage control ya, tapi itulah kenyataannya. So far hasilnya sih kulit gue jauh lebih baik karena gue peduli, bukan karena gue manjain dengan biarin dia polos-polos aja.

Although gue sering banget nyuruh temen perempuan gue untuk dandan, gue bukan nyuruh mereka untuk dandan komplit setiap hari kok. Dandan bagi gue cukup 2-3 product yang bisa enhance your feature, tapi harus tetap nyaman. Kalau merasa eyeliner lebih baik daripada maskara, pakailah eyeliner. Kalau lebih suka lipgloss daripada lipstick, pakailah lipgloss. Pakai semua hal yang bikin lo vibrant, bukan menor.

Terakhirnya, temen gue nanya ke gue, kalau suatu hari kita ada kesempatan untuk kerja sama, apakah gue akan menyuruh dia Go Home setelah melihat dia ngga dandan ke kantor?

Well, most likely iya.. Bukan karena kita kerja sama secara profesional, tapi karena gue teman dia dan gue pengen dia kelihatan lebih profesional. Rese ya? I knowww nobody should be forced to wear makeup, tapi sedikiiit aja biar kelihatan lebih ready untuk kerja. ;)

2 comments:

Andita Sugiatno said...

Alis lo juga paripurna May engga cuma mata ama bibir aja kok :D

Maya Junita said...

Bwahahahah lebih neat alis lo Dit. Alis gue mah namanya gondrong bukan paripurna :D