Tahun ini adalah tahun di mana gue sangat impulsif belanja. Gue baaaanyak banget belanja segala hal, termasuk makeup dan skincare. Jangan tanya apa penyebabnya, karena gue akan menjawab belanja itu pelarian atas pusing-pusing (gue ngga mau bilang stress haha!) yang gue hadapi. Tahun depan semoga berbagai hal menjadi lebih baik, sehingga gue jadi lebih sadar diri dalam spending my money (ps: dikatakan oleh orang yang baru aja beli tiket ke Singapore).
Untuk skincare dan makeup, gue mau post beberapa di blog ini karena gue baru iseng foto produk berhubung ngga pergi ke luar rumah. Sayang kan kalo cuma di laptop, walaupun beberapa burem karena gue males atur-atur (asik juga ternyata pakai Av).
Face Mist: Mario Badescu vs Caudalie
Mario Badescu Facial Spray with Aloe, Herbs, and Rosewater udah pernah gue tulis 2 tahun lalu [link] dan gue masih pake walaupun ngga regularly repurchase. Entah kenapa gue merasa facial spray ini sebagai obat kalau kulit gue kering/kusam karena gue jarang minum air putih (eh gimana?). Ya pokoknya, so far ngga ada cacat deh di produk ini. Banyak yang review produk ini terlalu bikin wajah jadi dewy atau berminyak, tapi no problem sih buat gue.
Mau lebih dewy lagi? Noh ada Caudalie Beauty Elixir. Penampakan gue kalau pakai Caudalie ini.. wajah gue jauh lebih becek. Gue ngga akan bilang glow, karena basically efeknya di gue ya minyakan aja ngapain pakai istilah glow. Kalau lihat ada orang wajahnya minyakan jalan sambil cemberut di mall, that's probably me, ngambek karena abis lihat saldo yang menipis di ATM.
Kedua produk ini ngga punya efek apa-apa di wajah gue. Ngga mengurangi jerawat, ngga juga mengobati bagian wajah gue yang kering. Gue suka face mist karena pakainya gampang dan bisa pakai di atas makeup. Udah itu aja. Oh ya, satu lagi, gue kan sering jalan ngga pakai makeup kalau weekend ya, nah untuk meng-"cover" kulit gue yang kering, gue pakai face mist sebelum moisturiser dan sunblock. Untuk kebutuhan ini, sebenarnya Mario Badescu udah cukup, ngga perlu Caudalie.
Needs: Mario Badescu.
Impulsiveness: Caudalie.
Yak, ketutupan strap juragaaaan!
Moisturiser: Orchid Enrich Cream vs Jeju Lava Seawater Cream
Kalau moisturiser itu must have dan must pake ya.. Gue baru pakai moisturiser sekitar 5 tahun belakangan karena dulu gue ngga tau kalau kulit kering itu kelihatan kusam. Gue pernah pakai Egyptian Magic Cream sebagai moisturiser (recommended!), tapi akhirnya gue ketemu sample Innisfree Orchid Enrich Cream. Sukses cobain sample yang travel size, akhirnya beli yang full sizenya udah dua kali.
Ternyata ini rangkaian anti-aging -___-
Is 31 that old?
Texture Orchid Enrich Cream ini lumayan thick dan sticky pas dipakai di wajah, jadi sejujurnya ngga terlalu nyaman. Kayaknya sengaja dibikin untuk butuh waktu beberapa menit sampai menyerap. Jadi setiap pagi gue pakai moisturiser dulu baru keringin rambut supaya pas bersolek udah menyerap. Surprisingly cream ini membantu proses penyembuhan adult acne gue. I'd say.. dia lumayan berjasa, padahal produk andalan Innisfree lainnya yang jeju masker itu ngga ada manfaatnya di gue [link].
Lalu karena sudah repurchase beberapa kali, timbul lah kebosanan yang membuat gue membeli cream jenis lainnya, yaitu Jeju Lava Seawater Cream. Texturenye lebih watery, lebih gampang menyerap, dan ada butiran/capsulenya. Experience pemakaiannya rada berbeda karena sambil massage capsulenya di wajah, tapiiiii efeknya biasa aja. Buat yang suka dandanannya lebih "mute", si biru lebih cocok dari pada si ungu, karena si ungu mungkin extra-glow atau naturally becek. Si biru glow juga tapi lebih tolerable that's why I said "mute" semoga Anda paham.
Needs: Orchid Enrich Cream.
Impulsiveness: Jeju Lava Seawater Cream - sudah habis dan tidak akan repurchase unless Orchid Enrich Cream discontinued.
Lipstick: Soft Rose vs Bond
By default, gue pemakai lipstick yang kecoklatan, matte, dan mute in daily basis. Pilihan gue jatuh pada MAC Whirl, Persistance, dan Taupe [link] plus Paladio Royal Rum untuk pinknya. Tapi pengen doooong sekali-sekali ganti brand atau cari warna yang lebih terang gitu ya kan plis Ya Tuhan kapan ini selesainya banyak banget pengennya.
Seinget gue, sejak awal tahun ini sampai lebaran-an gitu gue bolak-balik ke counternya MAC untuk coba warna yang lebih terang, tapi ngga ada yang okay. Gue coba beli Wet n Wild atas rekomendasinya Nadya, didn't work juga. Nyobain tester di counter Wardah dan YSL karena Diandra cocok sama 2 brand itu.. ngga ketemu juga yang gue mau. Sampai akhirnya ketemu Bobbi Brown karena salah satu vlogger bule, Eleanna Pecherle. Pada dasarnya gue follow dia karena bibirnya sama-sama gede ehehe..
Ceritanya lucu. Suatu hari dia post di Insta Story tentang lipstick Bobby Brown shade Sandwash Pink. Gue screen cap dan tiap kali gue lihat semakin kepengen. Entah kenapa gue ngga pernah mau mulai ke counternya Bobbi Brown. Gue baru "ketemu" Bobbi Brown saat dia buka counter di Sephora PIM. So I went there dan men-swatch Sandwash Pink ini di punggung tangan gue.
Kok warnanya terang ya? Perasaan ngga gini..
Kok kayaknya biasa aja ya? Harusnya lebih natural..
Harganya? Buset lebih mahal dari 'mekk.
Pulang dulu ah.
Gue pulang ke rumah tanpa membersihkan swatch-an Sandwash Pink dan beberapa shade lainnya yang gue swatch. Sampai rumah.. eh ternyata bener dong, mirip sama Max Factor Rosewood yang udah gue punya tapi lebih sering gue jadiin blush on. Pfft.. Mbak Eleanna mungkin putih banget sampai akhirnya jadi beda di dia.
Untung gue orangnya sabar. Kalau ngga bakal nyesel banget gue beli lipstick mahal untuk shade yang udah gue punya. Plek-ketiplek, hanya beda texture.
Alhasil, karena masih kepengen lipstik baru, gue beli warna Soft Rose. Warna ini masih dalam line semi-matte juga, tapi yang lebih terang dari Sandwash Pink. Jadi out of nowhere gue punya lipstick pink terang! Yang gue suka dari lipstick warna ini is I can use it as blush-on too yeay!
Puas dengan Soft Rose, gue beli shade Bond. While yang Soft Rose agak matte, yang Bond ini soft shine.. jadi otak gue ngeles dengan bilang "Ngga papa ya toh variannya beda.. biar ngga bosen pakai yang matte mulu." #girlslogic
Sekarang penasaran gue sama Bobbi Brown sudah berakhir. Gue puas dengan Soft Rose dan Bond. Gue juga bangga sama diri gue karena gue menemukan dua shade itu dengan kesabaran dan research dulu, bukan semata-mata karena impulsive pengen lipstick (so I can say my impulsiveness isn't always a low-effort and feeling-based behaviour because I did the research!). Tapi pertanyaannya tetep sama: kenapa mesti 2 lipstick sekaligus sih?
Needs: Ngga ada karena keseharian tetep lebih sering pakai MAC.
Impulsiveness: Dua-duanya.
So what I've learned from these impulsiveness-es?
Do whatever makes you feel good, but you should know when to stop. Impulsive buying mungkin bukan big problem saat uangnya ada, tapi dalam jangka panjang gue rasa bisa jadi kebiasaan. Kebiasaan untuk beli because the money is here, dan once the money is not here kita jadi gesek kartu kredit. Basically tindakan pembelian secara impulsive seperti gue ini akan jadi bibit masalah besar kalau gue ngga belajar self-control dari sekarang.
Ini baru sedikit dari urusan makeup dan skincare. Honestly gue masih punya banyak barang lagi yang dibeli karena impulsif dan kadang ngeliat barangnya ada perasaan bersalah. Jadi apa yang bisa gue lakukan adalah memanfaatkan barang-barang itu sebaik mungkin.
Also, I gotta beat the urge to spend because today I realised these new purchases didn't bring respect and happiness - which is something I want to stop experiencing. Jadi kalau kepalanya yang pusing, jangan lutut yang digaruk gitu loh neng..
0 comments:
Post a Comment