Sunday, January 3, 2021

Sunday Neurosis Part ke-Sekian.

Hari ini gue ngalamin Sunday Neurosis sejak bangun pagi tadi. Pas buka mata, yang ada dipikiran gue pertama kali adalah, "Oh shit, today's gonna be hard!" Lalu sampai jam 10 waktu berjalan lambat dan gue masih enak main game sambil nonton TV. Tapi setelah itu.. kok waktu ngegelosor begitu aja? Gue mengalihkan pikiran dengan belajar supaya ngga mikirin waktu yang terus jalan, tapi gue tetep gelisah dan ngga bisa fokus.

Shit. #BesokSenin.

Trus temen gue juga tiba-tiba WhatsApp gue, like our brain cells connecting well.

Gue coba nge-recall kapan gue ngalamin Sunday Neurosis seperti ini, soalnya rasa gelisah kayak gini sangat familiar dan pernah ngehantuin hari Minggu gue. Setelah gue cari-cari di blog ini, ternyata kejadiannya di tahun 2016. Tahun itu, hampir sepanjang tahun gue dihantuin Sunday Neurosis. Berarti tahun itu, gue seperti diserang sebanyak 52x dalam setahun, setiap hari Minggu - if you know what I mean. No wonder jam 1 siang gue ngerasa fatigue banget dan sekarang jam 4 sore gue udah ngga nafsu gerak.

Tapi, dari posisi gue yang konsisten horizontal di atas kasur sejak kemarin sejam yang lalu, gue berhasil mengidentifikasi bahwa seengganya ada 2 faktor besar yang bikin hari ini gloomy banget sampai gue tertekan kayak gini.

Pertama, udah jelas ini awal tahun dengan segitu banyaknya beban tahun lalu yang carry over. Somehow kondisi yang belum membaik ini membuat gue ngga excited dan ngga punya visi mau ngapain gue tahun ini. Ngga ada jadwal liburan yang bikin excited, pekerjaan pun banyak beban, semua plan masih penuh uncertainty.. So gue berasa incapable tapi di saat yang bersamaan i knooooow banyak hal yang harus gue lakukan terkait dengan pekerjaan. Apakah gue punya energi sebanyak itu?

Semalam, gue ngobrol sama RG setelah dia tanya satu pernyataan retoris di ujung sana. "Are you okay?"
Dan gue tiba-tiba langsung pengen keluarin semua yang ada di dada gue tapi cuma bisa jawab gini: "Do I have to be strong and positive for EVERYONE? I am exhausted. So, no, I am NOT okay."

I had to just tell someone that I am not okay.

Bukan dalam kondisi yang bobrok dan depressed juga sih, tapi gue ngga melihat diri gue baik-baik aja saat ini. Kayaknya masih ada di diri gue yang ngga terima semua plan tahun lalu berantakan dan sampai tahun berganti ini gue juga belum bisa menata ulang semua yang berantakan itu.

Kayaknya belum sepenuhnya ikhlas juga jadi gue merasa semua kondisi ini unfair. Jadi yang gue bilang ke orang-orang kalau gue ikhlas dan legowo, itu bisa jadi cuma sampai mulut aja karena kalau gue lagi bengong, pasti masalah-masalah ini diungkit-ungkit mulu di kepala gue.

But people said: Oh harus banyak bersyukur karena blablabla..

To be honest, if anyone is trying to personify what blessing in disguise means, I would say it was the virus breakout & PSBB and the work from home culture that followed. That's it.

Faktor kedua adalah, ternyata gue ovulasi hari ini. Jadi pas tadi lihat period calendar, I was like DANG! PANTESAN! Setahun terakhir kayaknya gue makin kepayahan setiap ovulation week cuz those eggs always hit me so hard at full volume! Kadang-kadang timbulin sakit secara fisik, tapi kadang-kadang bikin uring-uringan ngga jelas kayak gini.

Jadi Sunday + Ovulation = God bless you.

0 comments: